BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Indonesia
merupakan salah satu negara Agraris yang melimpah akan sumber daya alamnya
salah satunya adalah bahan makanan. Kebutuhan manusia akan hidup itu bergantung
dengan apa yang dimakan untuk keberlangsungan hidupnya. Di Indonesia, bahan
makanan pokok yang biasa dimakan adalah beras, jagung, sagu, dan kadang-kadang
juga singkong atau ubi. Bahan makanan tersebut berasal dari tumbuhan atau
senyawa yang terkandung di dalamnya sebagian besar adalah karbohidrat.
Karbohidrat
merupakan segolongan besar senyawa organik yang paling melimpah di bumi.
Karbohidrat memiliki berbagai fungsi dalam tubuh makhluk hidup, terutama
sebagai bahan bakar (misalnya glukosa), cadangan makanan (misalnya pati pada
tumbuhan dan glikogen pada hewan), dan materi pembangun (misalnya selulosa pada
tumbuhan, kitin pada hewan dan jamur).
Pada
proses fotosintesis, tumbuhan hijau mengubah karbondioksida menjadi
karbohidrat. Hasil dari metabolism primer turunan dari karbohidrat berupa
senyawa-senyawa polisakarida yaitu amilum. Amilum merupakan sumber energi utama
bagi orang dewasa di seluruh penduduk dunia. Disamping bahan pangan kaya akan
amilum juga mengandung protein, vitamin, serat dan beberapa zat gizi penting
lainnya.
Pati atau
amilum merupakan simpanan energi didalam sel-sel tumbuhan, berbentuk
butiran-butiran kecil mikroskopik dengan diameter berkisar antara 5-50 nm. Di
alam, pati banyak terkandung dalam beras, gandum, jagung, biji-bijian seperti
kacang merah atau kacang hijau dan banyak juga terkandung dalam berbagai jenis
umbi-umbian seperti singkong, kentang atau ubi. Didalam berbagai produk pangan,
pati umumnya akan terbentuk dari dua polimer molekul glukosa yaitu amilosa dan
amilopektin. Amilosa merupakan polimer glukosa rantai panjang yang tidak
bercabang, sedangkan amilopektin merupakan polimer glukosa dengan susunan yang
bercabang-cabang. Komposisi kandungan amilosa dan amilopektin ini akan
bervariasi dalam produk pangan, dimana produk pangan yang memiliki kandungan
amilopektin tinggi akan semakin mudah untuk dicerna.
B.
Tujuan praktikum
1.
Untuk mengetahui cara
pembuatan pati beras (Amylum Orizae)..
2.
Untuk mengetaui
identifikasi makroskopik pati beras (Amylum Orizae).
3.
Untuk mengetahui
identifikasi mikroskopik pati beras (Amylum Orizae).
C.
Prinsip praktikum
Mengidentifikasi
pati (Amylum Orizae) secara mikroskopik dengan bantuan
alat mikroskop .
.
BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA
A.
Pengertian pati (amilum)
Amilum
adalah jenis polisakarida yang banyak terdapat dialam, yaitu sebagian besar
tumbuhan terdapat pada umbi, daun, batang, dan biji-bijian (Poedjiadi, A.
2009).
Amilum
merupakan suatu senyawa organik yang tersebar luas pada kandungan tanaman.
Amilum dihasilkan dari dalam daun-daun hijau sebagai wujud penyimpanan
sementara dari produk fotosintesis. Amilum juga tersimpan dalam bahan makanan
cadangan yang permanen untuk tanaman, dalam biji, jari-jari teras, kulit
batang, akar tanaman menahun, dan umbi. Amilum merupakan 50-65% berat kering
biji gandum dan 80% bahan kering umbi kentang (Gunawan,2004).
Amilum
terdiri dari dua macam polisakarida yang kedua-duanya adalah polimer dari
glukosa, yaitu amilosa (kira-kira 20 – 28 %) dan sisanya amilopektin.
1.
Amilosa : Terdiri atas
250-300 unit D-glukosa yang berikatan dengan ikatan α 1,4 glikosidik. Jadi
molekulnya menyerupai rantai terbuka.
2.
Amilopektin : Terdiri atas molekul D-glukosa yang sebagian
besar mempunyai ikatan 1,4- glikosidik dan sebagian ikatan 1,6-glikosidik.
adanya ikatan 1,6-glikosidik menyebabkan terdjadinya cabang, sehingga molekul
amilopektin berbentuk rantai terbuka dan bercabang. Molekul amilopektin lebih
besar dari pada molekul amilosa karena terdiri atas lebih 1000 unit glukosa
(Poedjiadi, A. 2009).
Secara umum, amilum terdiri dari 20% bagian yang
larut air (amilosa) dan 80% bagian yag tidak larut air (amilopektin). Hidrolisis
amilum oleh asama mineral menghasilkan glukosa sebagai produk akhir secara
hampir kuantitatif (Gunawan, 2004).
Amilum dapat dihidrolisis sempurna dengan
menggunakan asam sehingga menghasilkan glukosa. Hidrolisis juga dapat dilakukan
dengan bantuan enzim amilase, dalam air ludah dan dalam cairan yang dikeluarkan
oleh pankreas terdapat amilase yang bekerja terhadap amilum yang terdapat pada
makanan kita oleh enzim amilase, amilum diubah menjadi maltosa dalam bentuk β –
maltosa (Poedjiadi,A. 2009).
Amilum juga disebut dengan pati. Pati yang
diperdagangkan diperoleh dari berbagai bagian tanaman, misalnya endosperma biji
tanaman gandum, jagung dan padi ; dari umbi kentang ; umbi akar Manihot
esculenta (pati tapioka); batang Metroxylon sagu (pati sagu); dan rhizom umbi
tumbuhan bersitaminodia yang meliputi Canna edulis, Maranta arundinacea, dan
Curcuma angustifolia (pati umbi larut) (Fahn, 1995).
Tanaman dengan kandungan amilum yang digunakan di
bidang farmasi adalah jagung (Zea mays), Padi/beras (Oryza sativa),
kentang (Solanum tuberosum), ketela rambat (Ipomoea batatas),
ketela pohon (Manihot utilissima) (Gunawan, 2004)
Pada bidang farmasi, amilum terdiri dari
granul-granul yang diisolasi dari Zea mays Linne (Graminae), Triticum aesticum
Linne (Graminae), dan Solanum tuberosum Linne (Solanaceae). Granul amilum
jagung berbentu polygonal, membulat atau sferoidal dam mempunyai garis tengah
35 mm. Amilum gandum dan kentang mempunyai komposisi yang kurang seragam,
masing-masing mempunyai 2 tipe granul yang berbeda (Gunawan, 2004).
Amilum digunakan sebagai bahan penyusun dalam
serbuk dan sebagai bahan pembantu dalam pembuatan sediaan farmasi yang meliputi
bahan pengisi tablet, bahan pengikat, dan bahan penghancur. Sementara suspensi
amilum dapat diberikan secara oral sebagai antidotum terhadap keracunan iodium
dam amilum gliserin biasa digunakan sebagai emolien dan sebagai basis untuk
supositoria (Gunawan, 2004).
Sebagai amilum normal, penggunaanya terbatas dalam
industri farmasi. Hal ini disebabkan karakteristiknya yang tidak mendukung
seperti daya alir yang kurang baik, tidak mempunyai sifat pengikat sehingga
hanya digunakan sebagai pengisi tablet bagi bahan obat yang mempunyai daya alir
baik atau sebagai musilago, bahan pengikat dalam pembuatan tablet cara granulasi
basah (Anwar, 2004).
Amilum hidroksi-etil adalah bahan yang semisintetik
yang digunakan sebagai pengencer plasma (dalam larutan 6%). Ini merupakan
pengibatan tasmbahan untuk kejutan yang disebabkan oleh pendarahan, luka
terbakar, pembedahan, sepsis, dan trauma lain. Sediaan amilum yang terdapat
dalam pasaran adalah Volex® (Gunawan, 2004).
Fungsi amilum dalam dunia faramasi digunakan
sebagai bahan penghancur atau pengembang (disintegrant), yang berfungsi
membantu hancurnya tablet setelah ditelan (Syamsuni H,A. 2007).
B.
Sampel
1.
Klasifikasi
Regnum : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Class : Monocotyledoneae
Ordo : Poales
Famili : Poaceae
Genus : Oryza
Spesies : Oryza
sativa L.
2.
Morfologi
Tanaman semak semusim
ini berbatang basah, tingginya 50cm – 1,5 m. batang tegak, lunak, bertuas,
berongga, kasar warna hijau. daun tunggal berbentuk pita yang panjangnnya15-30
cm, lebar mencapai 2 cm, perabaan kasar, ujung runcing, tepi rata, berpelepah,
pertulangan sejajar, hijau. bungan majemuk berbentuk malai. Buahnya buah batu,
terjurai pada tangkai, warna hijau, setelah tua menjadi kuning. Biji keras,
bulat telur, putih atau merah (Dalimartha, 1999).
3.
Manfaat
a)
Memperkecil pori
b)
Memutihan kulit
c)
Regenerasi kulit
d)
Mengatasi jerawat
e)
Mengencangkan kulit
f)
Anti penuaan dini
g)
Menghilangkan flek hitam
h)
Menghaluskan kulit
4.
Kandungan kimia
a)
Pati
b)
Lemak
c)
Protein
d)
Air
e)
Mineral
f)
Vitamin
BAB III
METODE
KERJA
A.
Alat dan Bahan
1.
Alat yang digunakan
a.
Botol semprot
b.
Objek gelas
c.
Lampu Bunsen
d.
Korek api
e.
Mikroskop
f.
Sendok tanduk
2.
Bahan yang digunakan
a.
Aquadest
b.
Pati beras
c.
Gliserin
B.
Prosedur kerja
1.
Prosedur pembuatan pati beras
a.
Disiapkan alat dan bahan
b.
Dicuci beras, sampai bersih.
c.
Direndam selama kurang
lebih 3-5 jam sampai menghasilkan endapan.
d.
Dibuang airnya dan diambil hasil endapannya
e.
Diangin-anginkan atau dijemur
hasil endapan hingga kering.
f.
Dimasukkan
kedalam pot salep dan diberi label.
2. Prosedur
pemeriksaan farmakognostik simplisia pati
a.
Disiapkan alat dan bahan yang
akan digunakan
b.
Diletakkan serbuk pati diatas
objek gelas
c.
Ditetesi dengan air kemudian
ditutup dengan deg gelas
d.
Difiksasi pada lampu bunsen kemudian diamati dibawah mikroskop
e.
Digambar bentuk fragmen dari
hasil pengamatan
BAB IV
HASIL
PRAKTIKUM
A. Data
Pengamatan Mikroskopik
|
|
Keterangan :
·
Medium
BAB V
PEMBAHASAN
Amylum
adalah jenis polisakarida yang banyak terdapat dialam, yaitu sebagian besar tumbuhan terdapat
pada umbi, daun, batang, dan biji-bijian. Amylum terdiri dari dua macam polisakarida
yang kedua-duanya adalah polimer dari glukosa, yaitu amilosa (kira-kira 20–28
%) dan sisanya amilopektin. Amilosa: Terdiri atas 250-300 unit D-glukosa yang
berikatan dengan ikatan a 1,4 glikosidik. Jadi molekulnya menyerupai rantai terbuka.
Amilopektin: terdiri atas molekul D-glukosa yang sebagian besar mempunyai ikatan 1,4-glikosidik
dan sebagian ikatan 1,6 glikosidik.
adanya ikatan 1,6 glikosidik
menyebabkan
terjadinya cabang, sehingga molekul amilopektin berbentuk rantai terbuka dan
bercabang. Molekul amilopektin lebih besar dari pada molekul amilosa karena terdiri
atas lebih 1000 unit glukosa.
Amylum
terdiri dari 20% bagian yang larut air (amilosa) dan 80% bagian yag tidak larut air
(amilopektin). Hidrolisis amylum oleh asam mineral menghasilkan glukosa sebagai produk akhir
secara hampir kuantitatif. Amylum dapat dihidrolisis sempurna dengan menggunakan asam
sehingga menghasilkan glukosa. Hidrolisis juga dapat dilakukan dengan
bantuan enzim amilase, dalam air ludah dan dalam cairan yang dikeluarkan oleh
pankreas terdapat amilase yang bekerja terhadap amylum yang terdapat pada makanan
kita oleh enzim amilase, amylum diubah menjadi maltosa dalam bentuk ß –
maltose.
Pada praktikum
kali ini dilakukan identifikasi makroskopik dan mikroskopik pada pati
beras hal ini dilakukan
untuk mengidentifikasi bentuk serta anatomi secara spesifik dengan menggunakan
kaca pembesar untuk mendenteksi organel sel pati beras, dan fragmen yang terdapat pada pati beras.
Pada
praktikum kali ini hal pertama yang dilakukan yaitu menyiapkan alat dan bahan
yang akan digunakan,selanjutnya
pati beras diindentifikasi secara mikroskopik pada pembesaran 40 x
100 dengan menggunakan medium
gliseril atau aquadest. Medium tersebut
diberikan sebanyak 1 tetes pada kaca obyek, setelah ditambahkan medium kemudian difiksasi di
atas lampu spiritus (jangan sampai mendidih). Hal ini dilakukan untuk
mengeringkan media dan sampel yang akan diamati pada mikroskop. Dari hasil pengamatan yang dilakukan dibawah mikroskop
tidak ditemukan jaringan atau amylum pada pati beras. Hal ini disebabkan
karena terjadinya faktor kesalahan pada
saat proses pembuatan pati beras, sehingga menyebabkan tidak
ditemukannya jaringan amylum yang terdapat dalam pati.
Amylum oryzae adalah pati yang diperoleh
dari beras yang berupa serbuk
sangat halus dan putih, secara mikroskopik berupa butir persegi banyak, bersudut atau butir bulat. Hilus
ditengah berupa rongga yang nyata dan celah berjumlah 2- 5µm tidak ada lamella.
BAB
VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil praktikum yang dilakukan
dapat disimpulkan:
1.
Pati beras
dibuat dengan cara mengendapkan air cucian beras, lalu diambil endapannya kemudian
dikeringkan dengan cara diangin-anginkan atau dijemur dibawah sinar matahari
langsung dengan ditutupi kain hitam.
2.
Dalam pengamatan secara
makroskopik pada pati beras memiliki bentuk berupa serbuk sangat halus, warna
putih, rasa tawar, dan tidak berbau .
3. Dari
hasil pengamatan secara mikroskopik pada pati beras tidak ditemukannya jaringan
amylum pada pati beras. Hal ini dikarenakan
terjadinya kesalahan pada saat proses pengerjaan. Tetapi menurut literatur yang
ada, mikroskopik pati beras berupa butir persegi banyak ukuran 2 µm -5
µm, tunggal atau majemuk bentuk telur 10 µm- 20 µm, terdapat butir telur dan
hilus yang tidak terlihat jelas, dan tidak terdapat lamella (Anonim, 2009).
B. Saran
Diharapkan kepada seluruh praktikan agar pada saat
pembuatan sampel benar-benar mengerti dan memahami prosedur yang telah
diberikan, sehingga tidak terjadi lagi kesalahan dan hasil yang didapat pun
sesuai dengan literatur yang ada.
DAFTAR PUSTAKA
Anwar, E. et al.2004. Pemanfaatan Maltodekstrin Pati Terigu
Sebagai Eksipien dalam Formula Sediaan Tablet dan Niosom. Yogyakarta:Gajah
Mada University Press
Fahn, A.1995. Anatomi Tumbuhan edisi ketiga.Yogyakarta:
Gajah Mada University Press
Gunawan,D.,Mulyani,S. 2004.
Ilmu Obat Alam (Farmakognosi) jilid 1.
Jakarta: Penebar Swadaya
Kent NL. 1975. Technology of
Cereals with Special References to Wheat.Oxford: Pergamon Pr.
Poedjiadi. 2009. Dasar-dasar
Biokimia. Jakarta: Universitas Indonesia Press
Syamsuni, H. A. 2007. Ilmu
Resep.Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran