Sabtu, 15 April 2017

laporan farmakognosi Daun Kumis Kucing



BAB I
PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang
Indonesia kaya akan sumber bahan obat tradisional yang telah digunakan oleh sebagian besar rakyat Indonesia secara turun temurun. Keuntungan penggunaan obat tradisional adalah antara lain karena bahan bakunya mudah diperoleh dan harganya murah.
Daun (folium) merupakan suatu bagian tumbuhan yang penting dan pada umumnya tiap tumbuhan mempunyai sejumlah besar daun. Alat ini hanya terdapat pada batang saja dan tidak pernah terdapat pada bagian lain pada tumbuhan. Daun yang ada mempunyai helaian daun (lamina) yaitu bagian yang melebar yang tertaut pada batang oleh sebuah tangkai daun (peti olus). Buku-buku (nodus) adalah bagian batang tempat duduk atau melekatnya daun. Tempat diatas daun yang merupakan sudur antara batang dan daun dinamakan ketiak daun (axilla).
Daun merupakan tempat proses fotosintesis sehingga pada umunya pipih dan melebar. Daun lengkap terdiri dari bagian pelepah daun, tangkai daun, dan helai daun. Jika tidak mempunyai salah satu kedua bagian tersebut maka disebut daun tidak lengkap.
Umumnya tumbuhan berdaun tidak lengkap, dapat berupih bertangkai atau duduk langsung pada batang. Bentuk daun beraneka ragam sehingga sering digunakan untuk mengenali jenis tumbuhan. Bentuk umum daun ditentukan berdasarkan letak bagian daun yang terlebar.

B.  Tujuan Percobaan
Adapun tujuan dari percobaan ini adalah sebagai berikut :
1.        Untuk mengetahui identifikasi makroskopik simplisia daun kumis kucing (Ortoshiphon folium).
2.        Untuk mengetahui identifikasi mikroskopik simplisia daun kumis kucing (Ortoshiphon folium)

C.    Prinsip percobaan
Mengidentifikasi simplisia secara makroskopik dan mikroskopik dengan cara perajangan dan penyerbukan simplisia daun kumis kucing dengan mengeringkan terlebih dahulu untuk melihat jaringan-jaringan yang terdapat di dalammya.








BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Simplisia
1. Definisi Simplisia
Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum mengalami pengolahan apapun juga dan kecuali dinyatakan lain simplisia merupakan bahan yang dikeringkan. Simplisia dapat berupa simplisia nabati, simplisia hewani dan simplisia pelikan atau mineral.
Menurut Dapertemen kesehatan RI simplisia adalah bahan alami yang digunakan untuk obat dan belum mengalami perubahan proses apa pun, dan kecuali dinyatakan lain umumnya berupa bahan yang telah dikeringkan.
Tanaman obat yang menjadi sumber simplisia nabati , merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi mutu simplisia. Sebagai sumber simplisia, tanaman obat dapat berupa tumbuhan liar atau berupa tanaman budidaya. Tumbuhan liar adalah tumbuhan yang tumbuh dengan sendirinya di hutan atau tempat lain, atau tanaman yang sengaja ditanam dengan tujuan lain, misalnya sebagai tanaman hias, tanaman pagar, tetapi bukan dengan tujuan untuk memproduksi simplisia. Tanaman budidaya adalah tanaman yang sengaja ditanam untuk tujuan produksi simplisia.
Kumis kucing (Orthosiphon aristatus) merupakan tanaman obat berupa tumbuhan berbatang basah yang tegak. Tanaman ini dikenal dengan berbagai istilah seperti: kidney tea plants/java tea (Inggris), giri-giri marah (Sumatera), remujung (Jawa Tengah dan Jawa Timur) dan songot koneng (Madura). Tanaman kumis kucing berasal dari wilayah Afrika tropis, kemudian menyebar ke wilayah Asia dan Australia. Kumis kucing termasuk terna tegak, pada bagian bawah berakar di bagian buku-bukunya dan tingginya mencapa 1-2 m, batang segi empat agak beralur, berbulu pendek atau gundul. Daun tunggal, bundar telur lonjong, lanset atau belah ketupat, berbulu halus, pinggir bergerigi kasar tak teratur, kedua permukaan berbintik-bintik karena ada kelenjar minyak atsiri. Bunga berupa tanda yang keluar di ujung cabang, warna ungu pucat atau putih, benang sari lebih panjang dari tabung bunganya. Buah geluk berwarna coklat gelap (Hidayat, 2015).

2. Penggolongan
Simplisia terbagi menjadi 3 golongan, yaitu :
a)    Simplisia nabati adalah simplisia yang berupa tanaman utuh, bagian tanaman dan eksudat tanaman. Eskudat tanaman ialah isi yang spontan keluar dari tanaman atau isi sel yang dikeluarkan dari selnya, dengan cara tertentu atau zat yang dipisahkan dari tanamannya dengan cara tertentu yang masih belum berupa zat kimia murni.
b)    Simplisia hewani adalah simplisia berupa hewan utuh, bagian hewan atau zat-zat berguna yang dihasilkan oleh hewan dan belum berupa zat kimia murni.
c)    Simplisia mineral adalah simplisia yang berupa bahan pelikan (mineral) yang belum diolah atau telah diolah dengan cara sederhana dan belum berupa zat kimia murni.

B. Sampel                            
(Orthosiphon aristatus L.)
 
1.      Nama simplisia
Orthosiphonis Folium
2.      Klasifikasi
Regnum                       : Plantae
Subkingdom                : Tracheobionta
Divisi                           : Magnoliophyta
Kelas                           : Magnoliopsida
Ordo                            : Lamiales
Famili                          :  Lamiaceae
Genus                          : Orthosiphon
Species                        : Orthoshipon aristatus B.
3.      Morfologi Tumbuhan
Herba tumbuh tegak, biasanya bagian bawah berakar di bagian buku-bukunya, tinggi 1-2 m, batang segi empat agak beralur, berbulu pendek atau gundul. Daun tunggal, bundar telur lonjong, lanset atau belah ketupat, berbulu halus, pinggir bergerigi kasar tak teratur, kedua permukaan berbintik-bintik karena ada kelenjar minyak atsiri. Bunga berupa tanda yang keluar di ujung cabang, warna ungu pucat atau putih, benang sari lebih panjang dari tabung bunganya. Buah geluk berwarna coklat gelap (Hidayat, 2015).
4.        Manfaat
Adapun manfaat dari daun kumis kucing yaitu : mengobati batu ginjal, asam urat, sakit pinggang, kencing manis, hipertensi, batuk, encok, masuk angin sembelit dan (Hidayat, 2015).
5.      Kandungan kimia
 Daun kumis kucing mengandung minyak atsiri 0,02 -0,06%, glikosida flavonol, flavonoid, garam klasium, orthosiponin glycosides, saponin, dan terpenoid.






BAB III
METODE KERJA

A. Alat dan Bahan yang Digunakan
1. Alat yang Digunakan
a.    Botol semprot
b.   Kaca objek
c.    Mikroskop
d.   Sendok tanduk
2. Bahan yang Digunakan
1.Daun kumis kucing
2.Aquadest
3.Gliserin
B. Prosedur Kerja
1.   Pengamatan Makroskopik
a.       Disiapkan bahan yang akan digunakan
b.      Disimpan simpisa halus pada suatu wadah untuk di amati secara makroskopik
c.       Dilakukan pengamatan terhadap bentuk, bau, warna, dan rasa dari sampel
d.      Dicatat hasil pengamatan


2.      Pengamatan Mikroskopik
a.       Disiapakan alat dan bahan yang akan digunakan
b.      Diletakkan sampel di objek glass, ditetesi medium kloral hidrat kemudian diamati menggunakan mikroskop
c.       Digambar hasil yang diperoleh dan dilengkapi keterangannya.








BAB IV
HASIL PENGAMATAN

A.      Data Pengamatan Makroskopik
Dalam pengamatan secara makroskopik, didapatkan bahwa serbuk daun kumis kucing berwrna hijau tua, rasa pahit dan memiliki bau lemah yang khas.

B.       Data Pengamatan Mikroskopik



                         



             

1.      Pembuluh kayu
2.      Mesofil
3.      Rambut kelenjar


BAB V
PEMBAHASAN

Farmakognosi merupakan cara pengenalan ciri-ciri atau karakteristik obat yang berasal dari bahan alam. Farmakognosi mencakup seni dan pengetahuan pengobatan dari alam yang meliputi tanaman, hewan, mikroorganisme, dan mineral. Perkembangan farmakognosi saat ini sudah melibatkan hasil penyarian atau ekstrak yang tentu akan sulit dilakukan indentifikasi zat aktif jika hanya mengandalkan mata. Dengan demikian, cara identifikasi juga semakin berkembang dengan menggunakan alat-alat cara kimia dan fisika. Adapun beberapa parameter yang dilakukan sebagai standar mutu tanaman, meliputi pemeriksaan organoleptis, pengamatan terhadap morfologi dan anatomi, serta identifikasi kandungan kimia.
Berdasarkan hal tersebut, untuk pengamatan morfologi dilakukan dengan mengamati bentuk fisik dari simplisia yakni ukuran, warna dan bentuk simplisia dan merupakan salah satu cara dalam memperkenalkan tanaman karena mengingat tanaman yang sama belum tentu mempunyai bentuk morfologi yang sama pula.
Pengamatan anatomi dilakukan untuk mengamati bentuk sel dan jaringan yang diuji berupa sayatan melintang, membujur, dan serbuk dari simplisia. Identifikasi kandungan kimia simplisia yang diuji berupa simplisia tunggal baik dalam bentuk rajangan, serbuk, ekstrak, yang ditambahkan dengan pereaksi tertentu, dan reaksi warna dilakukan untuk pemastian identifikasi.
Pada praktikum farmakognosi ini  hanya dilakukan pemeriksaan simplisia secara makroskopik dan mikroskopik pada sampel dari serbuk. Pemeriksaan secara makroskopik, dilakukan dengan mengamati warna, bau, dan rasa sedangkan pemeriksaan secara mikroskopik dilakukan dengan melihat anatomi jaringan dari serbuk simplisia yang dilakukan di bawah mikroskop dengan perbesaran lemah (4x10 ) dan perbesaran kuat.
Pada praktikum ini digunakan simplisia daun kumis kucing sebagai sampel. Dalam pengamatan secara  makroskopik, serbuk daun kumis kucing berwarna hijau tua dan rasa pahit dengan bau khas yang lemah. Untuk pengamatan secara mikroskopik, dilakukan dengan menggunakan serbuk daun kumis kucing sebagai bahan pengamatan dan mikroskop sebagai alatnya. Dari hasil pengamatan dilakukan secara mikroskopik dengan pembesaran 40 kali, terlihat adanya mesofil, rambut kelenjar, dan pembuluh kayu. Tetapi hasil yang didapat kurang jelas.
Adapun faktor kesalahan yang terjadi pada praktikum ini disebabkan karena sampel yang digunakan belum terlalu kering untuk dijadikan simplisia. Faktor penyebabnya karena pada proses pengeringan sampel hanya dikeringkan didalam suhu kamar, dan tidak dibawah sinar matahari langsung dengan ditutupi kain hitam. Hal ini dikarenakan jangan sampai pada saat proses pengeringan ada binatang yang dapat merusak atau menjatuhkan sampel ketika dikeringkan. Sehingga menyebabkan pada saat pengamatan secara mikroskopik tidak terlalu banyak jaringan atau pun sel yang didapatkan pada simplisia daun kumis kucing.

BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil pengamatan dapar disimpulkan bahwa :
1.         Dalam pengamatan secara makroskopik serbuk daun kumis kucing memiliki warna hijau tua, rasa pahit, dan bau lemah yang khas.
2.         Dari hasil pengamatan secara mikroskopik pada serbuk daun kumis kucing terdapat rambut kelenjar, mesofil, dan pembuluh kayu.



B.     Saran
Untuk dapat melihat jaringan-jaringan yang terdapat didalam sampel praktikan harus teliti dalam pegolahan simplisia dan penglihatan dibawah mikroskop.
                     
           




DAFTAR PUSTAKA

Dalimarta, S. 2003. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia Jilid II. Jakarta:Trubus Agriwijya
Hidayat, dan Napitupulu. 2015. Kitab Tumbuhan Obat. Jakarta: AgriFlo
Soegihardjo. 2003. Rencana Program Kegiatan Pembelajaran Farmakognosi. Yogyakarta : UGM














Tidak ada komentar:

Posting Komentar