BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Indonesia kaya akan sumber bahan obat tradisional
yang telah digunakan oleh sebagian besar rakyat Indonesia secara turun temurun.
Keuntungan penggunaan obat tradisional adalah antara lain karena bahan bakunya
mudah diperoleh dan harganya murah.
Daun (folium)
merupakan suatu bagian tumbuhan yang penting dan pada umumnya tiap tumbuhan
mempunyai sejumlah besar daun. Alat ini hanya terdapat pada batang saja dan
tidak pernah terdapat pada bagian lain pada tumbuhan. Daun yang ada mempunyai helaian daun (lamina) yaitu
bagian yang melebar yang tertaut pada batang oleh sebuah tangkai daun (peti
olus). Buku-buku (nodus)
adalah bagian batang tempat duduk atau melekatnya daun. Tempat diatas daun yang
merupakan sudur antara batang dan daun dinamakan ketiak daun (axilla).
Daun
merupakan tempat proses fotosintesis sehingga pada umunya pipih dan melebar.
Daun lengkap terdiri dari bagian pelepah daun, tangkai daun, dan helai daun.
Jika tidak mempunyai salah satu kedua bagian tersebut maka disebut daun tidak
lengkap.
Umumnya
tumbuhan berdaun tidak lengkap, dapat berupih bertangkai atau duduk langsung
pada batang. Bentuk daun beraneka ragam sehingga sering digunakan untuk
mengenali jenis tumbuhan. Bentuk umum daun ditentukan berdasarkan letak bagian
daun yang terlebar.
B. Tujuan Percobaan
Adapun tujuan
dari percobaan ini adalah sebagai berikut :
1.
Untuk mengetahui identifikasi makroskopik simplisia daun
kumis kucing (Ortoshiphon
folium).
2.
Untuk mengetahui identifikasi mikroskopik simplisia daun
kumis kucing (Ortoshiphon
folium)
C.
Prinsip
percobaan
Mengidentifikasi simplisia secara makroskopik dan mikroskopik dengan cara perajangan dan
penyerbukan simplisia daun kumis kucing dengan mengeringkan terlebih dahulu
untuk melihat jaringan-jaringan yang terdapat di dalammya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Simplisia
1. Definisi Simplisia
Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat
yang belum mengalami pengolahan apapun juga dan kecuali dinyatakan lain
simplisia merupakan bahan yang dikeringkan. Simplisia dapat berupa simplisia
nabati, simplisia hewani dan simplisia pelikan atau mineral.
Menurut Dapertemen kesehatan RI simplisia adalah
bahan alami yang digunakan untuk obat dan belum mengalami perubahan proses apa
pun, dan kecuali dinyatakan lain umumnya berupa bahan yang telah dikeringkan.
Tanaman obat yang menjadi sumber simplisia nabati ,
merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi mutu simplisia. Sebagai
sumber simplisia, tanaman obat dapat berupa tumbuhan liar atau berupa tanaman
budidaya. Tumbuhan liar adalah tumbuhan yang tumbuh dengan sendirinya di hutan
atau tempat lain, atau tanaman yang sengaja ditanam dengan tujuan lain,
misalnya sebagai tanaman hias, tanaman pagar, tetapi bukan dengan tujuan untuk
memproduksi simplisia. Tanaman budidaya adalah tanaman yang sengaja ditanam
untuk tujuan produksi simplisia.
Kumis kucing (Orthosiphon aristatus)
merupakan tanaman obat berupa tumbuhan berbatang basah yang tegak. Tanaman ini
dikenal dengan berbagai istilah seperti: kidney tea plants/java tea (Inggris),
giri-giri marah (Sumatera), remujung (Jawa Tengah dan Jawa Timur) dan songot
koneng (Madura). Tanaman kumis kucing berasal dari wilayah Afrika tropis,
kemudian menyebar ke wilayah Asia dan Australia. Kumis kucing termasuk terna tegak, pada
bagian bawah berakar
di bagian buku-bukunya dan tingginya mencapa 1-2 m, batang segi empat agak
beralur, berbulu pendek atau gundul. Daun tunggal, bundar telur lonjong, lanset
atau belah ketupat, berbulu halus, pinggir bergerigi kasar tak teratur, kedua
permukaan berbintik-bintik karena ada kelenjar minyak atsiri. Bunga berupa
tanda yang keluar di ujung cabang, warna ungu pucat atau putih, benang sari
lebih panjang dari tabung bunganya. Buah geluk berwarna coklat gelap (Hidayat, 2015).
2. Penggolongan
Simplisia terbagi menjadi 3 golongan, yaitu :
a)
Simplisia nabati adalah simplisia yang berupa tanaman
utuh, bagian tanaman dan eksudat tanaman. Eskudat tanaman ialah isi yang
spontan keluar dari tanaman atau isi sel yang dikeluarkan dari selnya, dengan
cara tertentu atau zat yang dipisahkan dari tanamannya dengan cara tertentu
yang masih belum berupa zat kimia murni.
b)
Simplisia hewani adalah simplisia berupa hewan utuh,
bagian hewan atau zat-zat berguna yang dihasilkan oleh hewan dan belum berupa
zat kimia murni.
c)
Simplisia mineral adalah simplisia yang berupa bahan
pelikan (mineral) yang belum diolah atau telah diolah dengan cara sederhana dan
belum berupa zat kimia murni.
B. Sampel
(Orthosiphon aristatus L.)
1. Nama simplisia
Orthosiphonis
Folium
2. Klasifikasi
Regnum
: Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Lamiales
Famili : Lamiaceae
Genus : Orthosiphon
Species :
Orthoshipon aristatus B.
3. Morfologi Tumbuhan
Herba tumbuh tegak, biasanya bagian bawah berakar di bagian
buku-bukunya, tinggi 1-2 m, batang segi empat agak beralur, berbulu pendek atau
gundul. Daun tunggal, bundar telur lonjong, lanset atau belah ketupat, berbulu
halus, pinggir bergerigi kasar tak teratur, kedua permukaan berbintik-bintik
karena ada kelenjar minyak atsiri. Bunga berupa tanda yang keluar di ujung
cabang, warna ungu pucat atau putih, benang sari lebih panjang dari tabung
bunganya. Buah geluk berwarna coklat gelap (Hidayat, 2015).
4.
Manfaat
Adapun
manfaat dari daun kumis kucing yaitu : mengobati batu ginjal, asam urat,
sakit pinggang, kencing manis, hipertensi, batuk, encok, masuk
angin sembelit dan (Hidayat, 2015).
5. Kandungan kimia
Daun
kumis kucing mengandung minyak atsiri 0,02 -0,06%, glikosida flavonol,
flavonoid, garam klasium, orthosiponin glycosides, saponin, dan terpenoid.
BAB III
METODE KERJA
A. Alat dan Bahan yang Digunakan
1. Alat yang
Digunakan
a. Botol
semprot
b. Kaca
objek
c. Mikroskop
d. Sendok
tanduk
2. Bahan yang Digunakan
1.Daun
kumis kucing
2.Aquadest
3.Gliserin
B. Prosedur Kerja
1. Pengamatan Makroskopik
a. Disiapkan bahan yang akan digunakan
b. Disimpan simpisa halus pada suatu wadah
untuk di amati secara makroskopik
c. Dilakukan pengamatan terhadap bentuk, bau,
warna, dan rasa dari sampel
d. Dicatat hasil pengamatan
2. Pengamatan Mikroskopik
a. Disiapakan
alat dan bahan yang akan digunakan
b. Diletakkan
sampel di objek glass, ditetesi medium kloral hidrat kemudian diamati menggunakan mikroskop
c. Digambar
hasil yang diperoleh dan dilengkapi keterangannya.
BAB IV
HASIL PENGAMATAN
A.
Data Pengamatan Makroskopik
Dalam
pengamatan secara makroskopik, didapatkan bahwa serbuk daun kumis kucing berwrna hijau tua, rasa pahit dan memiliki bau lemah yang khas.
B.
Data Pengamatan Mikroskopik
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
1.
Pembuluh kayu
2.
Mesofil
3.
Rambut kelenjar
BAB V
PEMBAHASAN
Farmakognosi
merupakan cara pengenalan ciri-ciri atau karakteristik obat yang berasal dari
bahan alam. Farmakognosi mencakup seni dan pengetahuan pengobatan dari alam
yang meliputi tanaman, hewan, mikroorganisme, dan mineral. Perkembangan
farmakognosi saat ini sudah melibatkan hasil penyarian atau ekstrak yang tentu
akan sulit dilakukan indentifikasi zat aktif jika hanya mengandalkan mata.
Dengan demikian, cara identifikasi juga semakin berkembang dengan menggunakan
alat-alat cara kimia dan fisika. Adapun beberapa parameter yang dilakukan
sebagai standar mutu tanaman, meliputi pemeriksaan organoleptis, pengamatan
terhadap morfologi dan anatomi, serta identifikasi kandungan kimia.
Berdasarkan
hal tersebut, untuk pengamatan morfologi dilakukan dengan mengamati bentuk
fisik dari simplisia yakni ukuran, warna dan bentuk simplisia dan merupakan
salah satu cara dalam memperkenalkan tanaman karena mengingat tanaman yang sama
belum tentu mempunyai bentuk morfologi yang sama pula.
Pengamatan
anatomi dilakukan untuk mengamati bentuk sel dan jaringan yang diuji berupa
sayatan melintang, membujur, dan serbuk dari simplisia. Identifikasi kandungan
kimia simplisia yang diuji berupa simplisia tunggal baik dalam bentuk rajangan,
serbuk, ekstrak, yang ditambahkan dengan pereaksi tertentu, dan reaksi warna
dilakukan untuk pemastian identifikasi.
Pada
praktikum farmakognosi ini hanya dilakukan
pemeriksaan simplisia secara makroskopik
dan mikroskopik pada sampel dari serbuk. Pemeriksaan secara makroskopik, dilakukan dengan
mengamati warna, bau, dan rasa sedangkan pemeriksaan secara mikroskopik
dilakukan dengan melihat anatomi jaringan dari serbuk simplisia yang dilakukan
di bawah mikroskop dengan perbesaran lemah (4x10 ) dan perbesaran kuat.
Pada praktikum ini digunakan simplisia daun kumis kucing sebagai sampel. Dalam
pengamatan secara makroskopik, serbuk daun kumis kucing berwarna hijau tua dan rasa pahit dengan bau khas yang
lemah. Untuk pengamatan secara mikroskopik, dilakukan dengan menggunakan
serbuk daun kumis kucing sebagai
bahan pengamatan dan mikroskop sebagai alatnya. Dari hasil pengamatan dilakukan
secara mikroskopik dengan pembesaran 40 kali, terlihat adanya mesofil, rambut kelenjar, dan pembuluh kayu. Tetapi hasil yang didapat kurang jelas.
Adapun
faktor kesalahan yang terjadi pada praktikum ini disebabkan karena sampel yang
digunakan belum terlalu kering untuk dijadikan simplisia. Faktor penyebabnya
karena pada proses pengeringan sampel hanya dikeringkan didalam suhu kamar, dan
tidak dibawah sinar matahari langsung dengan ditutupi kain hitam. Hal ini dikarenakan jangan sampai pada saat proses pengeringan ada binatang
yang dapat merusak atau menjatuhkan sampel ketika dikeringkan. Sehingga
menyebabkan pada saat pengamatan
secara mikroskopik tidak terlalu banyak jaringan atau pun sel yang didapatkan
pada simplisia daun kumis kucing.
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil pengamatan dapar disimpulkan bahwa :
1.
Dalam
pengamatan secara makroskopik serbuk daun kumis kucing memiliki warna hijau
tua, rasa pahit, dan bau lemah yang khas.
2.
Dari
hasil pengamatan secara mikroskopik pada serbuk daun kumis kucing terdapat
rambut kelenjar, mesofil, dan pembuluh kayu.
B. Saran
Untuk dapat
melihat jaringan-jaringan yang terdapat didalam sampel praktikan harus teliti
dalam pegolahan simplisia dan penglihatan dibawah mikroskop.
DAFTAR PUSTAKA
Dalimarta, S. 2003. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia Jilid II. Jakarta:Trubus Agriwijya
Hidayat,
dan Napitupulu. 2015. Kitab Tumbuhan Obat.
Jakarta: AgriFlo
Soegihardjo.
2003. Rencana Program Kegiatan
Pembelajaran Farmakognosi. Yogyakarta : UGM
Tidak ada komentar:
Posting Komentar